Diskusi Buku: 'Dialog Jiwa Semesta'
17:00saya dan mas Herwiratno |
Kemarin saya menghadiri diskusi buku berjudul "Dialog Jiwa Semesta" yang diadakan di Teras Omah Yado, daerah Radio Dalam, Jakarta Selatan. Sang penulis buku, Herwiratno, memaparkan pengalamannya berkomunikasi dengan alam roh dalam kedua buku ini. Kabarnya buku ketiga dan keempat akan segera menyusul.
Terdengar mengerikan memang awalnya, tapi rupanya lebih banyak pengalaman dan pengetahuan berharga yang dia dapatkan dari mereka yang telah "lulus" kehidupan itu ketimbang rasa seram yang mengikuti. Mungkin serupa istilah "menghargai kesehatan setelah tahu rasanya sakit", Mas Herwi "belajar tentang kehidupan dari orang mati" dan membagikannya dalam dua buku ini.
suasana praktek meditasi sebelum mulai diskusi foto: dok. FB Group Semesta Jiwa |
Saya belum membaca buku-buku ini, tapi dari pemaparan selama lebih dari 4 jam kemarin, saya mendapatkan banyak pelajaran, baik yang sama sekali baru maupun yang bersifat reminder bagi saya pribadi. Berikut adalah beberapa pelajaran yang saya petik dari acara bedah buku "Mati Tak Berarti Pergi" dan "Hidup Tidak Lenyap Hanya Berubah" kemarin:
1. Hidup adalah proses. Jika kita memohon "shortcut" atau meminta agar suatu perjalanan hidup kita "dimudahkan", kita menghilangkan proses pembelajaran yang merupakan hal paling penting dari kehidupan ini. Karena itu, jika memohon pada Tuhan sebaiknya meminta agar kita "diberi kekuatan dalam menghadapi sebuah permasalahan", niscaya kita akan bisa melewati sebuah perkara dengan gemilang walau sesulit apapun.
2. Membantu orang lain adalah baik adanya, tapi membantu terlalu banyak malah mengintervensi proses pembelajaran hidup dan jiwa orang itu. Kadang, yang perlu kita lakukan hanyalah memberitahu, menasehati, mengingatkan. Perkara dilakukan atau tidak, itu urusan mereka. Yang jelas, kita memang harus menolong mereka yang datang pada kita, tapi tetap sesuai pada porsi dan peran kita.
3. Ukuran dosa menurut Tuhan berbeda dengan manusia. Apa yang kita pikir adalah pelanggaran ringan bisa jadi merupakan dosa berat menurut Tuhan, dan sebaliknya. Maka dari itu janganlah kita saling berprasangka apalagi menghakimi satu sama lain. Karena apapun yang kita ketahui sebagai manusia tentang semesta ini sangatlah terbatas. Dan bukan kita yang mengetuk palu keadilan di dunia ini.
4. Kita hanya bisa memberi apa yang kita punya. Jika pemikiran kita negatif, maka kita juga akan memancarkan energi negatif itu melalui perkataan maupun perbuatan negatif. Sebaliknya, jika kita dipenuhi cinta, damai dan kasih, yang kita bagikan pada sekitar kita adalah energi positif. Dan energi positif itu menular. Jadi, penuhi diri kita dengan kasih supaya kita juga bisa membagikan kasih. Pengertian dan cara mencapai kedamaian dan kebahagiaan dipaparkan lebih lanjut di dalam buku.
5. Kita menciptakan surga dan neraka kita sendiri. Surga dan neraka bukan hanya suatu tempat, tapi bisa juga berarti keadaan. Di dunia ini pun surga dan neraka hadir, tepatnya di dalam pikiran kita. Persepsi, ekspektasi dan imajinasi kita berperan dalam membentuk surga atau neraka dalam hidup kita. Maka sebaiknya penuhi diri dengan kedamaian dan kebahagiaan, supaya walau masih berjalan dalam kehidupan ini kita bisa menikmati surga.
6. Kedamaian adalah berkat dasar. Semua manusia pada dasarnya punya damai, hanya pikiran kita yang biasanya memanipulasi, mengkorupsi, dan menggratifikasi kedamaian itu. Kembali ke poin 5, cara kita berpikir akan menciptakan kedamaian dan surga bagi hidup kita, karena hanya kita yang bisa membuat diri sendiri nyaman dalam hidup kita masing-masing.
7. Kebahagiaan tidak perlu dicari. Pada dasarnya juga, semua manusia berbahagia. Kebahagiaan itu hanya perlu disadari dan diterima. Ketika kita mensyaratkan kebahagiaan pada benda atau orang lain (misalnya "aku akan bahagia kalau sudah punya ... atau kalau bisa menikahi ... ") maka kita menghalangi diri kita sendiri untuk bahagia. Selebihnya tentang ini, akan dijelaskan di buku.
8. Surga adalah kenikmatan bersatu dengan Tuhan. Bagaimana caranya bersatu dengan Tuhan? Ketika kita tidak lagi memikirkan hal-hal duniawi yang kadang menyesatkan. Manusia-manusia paling bahagia di dunia ini adalah manusia-manusia yang tidak mengejar hal-hal duniawi dan tidak berpikir dalam kapasitas manusia, melainkan menyelaraskan hati dengan cara berpikir Tuhan / alam / semesta, di mana kasih dan berkat yang diberi tanpa syarat, tidak objektif, dan bersifat membebaskan.
9. Kalau dirimu damai dan bahagia, perbuatanmu akan mencerminkan kasih. Sebaliknya, kalau dirimu penuh kekhawatiran dan ketidakbahagiaan, tindakanmu akan tercemar dan orang yang menerimanya akan merasakan energi negatif itu. Ini adalah salah satu pelajaran yang ditarik dari kisah-kisah yang ada di buku. Silakan dibaca kalau penasaran (;
10. Masing-masing kita hidup di dunia ini punya misi jiwa. Goal utama hidup ini adalah menuntaskan misi jiwa ini, yang bisa berupa apapun mulai dari aksi sosial, riset sains, hingga sebuah karya. Apapun itu, misi ini adalah alasan kita hidup, dan karenanya harus dituntaskan dalam masa kehidupan ini. Yang jelas, mengetahui misi jiwa akan sangat membantu kita berfokus pada tujuan hidup kita.
Lebih dalam mengenai poin 10, saya mau bagikan sedikit pengalaman pribadi mengapa saya memutuskan untuk menulis. Suatu hari di akhir tahun 2012 saya ditantang seorang teman / guru / sahabat jiwa saya; twin flame saya. Dia bertanya: apa yang akan kamu lakukan jika walau kamu tidak dibayar--atau jika kamu yang harus keluar uang membayar sekalipun--akan tetap kamu lakukan?
Saya yang waktu itu tidak jelas arah mau ke mana dalam hidup ini, menjawab: menulis. "Maka lakukanlah," katanya. Saya tidak pernah lupa pertanyaan yang mengubah hidup saya itu. Kemarin mas Herwi menanyakan hal yang sama pada kami para hadirin, dan saya teringat pada kejadian di akhir 2012 itu. Ya, kekuatan pikiran (power of mind) dan frekuensi semesta (universe frequency) itu nyata dalam hidup saya, dan saya sadari betul hal ini yang telah membimbing setiap langkah saya sampai hari ini.
Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, sebagai pendahuluan / introduction mengenai dunia spiritual, sebagai pedoman hidup di alam manusia, dan sebagai panduan untuk langkah berikutnya jika waktu kita di dunia ini sudah habis. Banyak pelajaran yang bisa kita dapat dari mendengarkan pengalaman orang lain, jadi saya rasa buku ini wajib untuk ditelusuri. Setidaknya, sebagai gambaran apa yang terjadi di luar pengetahuan manusia kita yang terbatas.
Buku ini tidak tersedia di toko buku karena alasan misi pribadi. Untuk pemesanan, silakan langsung menghubungi mas Herwiratno di 0878 7791 6900 atau 0812 9173 414, atau email ke herwiratno@yahoo.com. Harga buku:
- "Mati Tak Berarti Pergi" Rp 120.000
- "Hidup Tidak Lenyap Hanya Berubah" Rp 100.000
- "Siklus Kenikmatan Misi Jiwa"
Rahayu,
_/|\_
(artikel ini juga terbit di blog pribadi saya di sini.)
0 comments
Terima kasih sudah memberi komentar. Mohon kesabarannya menunggu saya baca dan balas komennya ya. Rahayu.