Pada pertengahan Februari 2022 yang lalu, mertua Aurel Hermansyah mengimbau agar Aurel dapat lahiran normal (jangan secara caesar) karena ke depan dianggap akan sulit melahirkan banyak anak. Sebelumnya saat pernikahan mereka bulan April 2021, Atta Halilintar (suami Aurel) juga berwacana ingin punya 15 anak. Hal itu tentu saja membuat marah netizen dan menyentil Komnas Perempuan yang mengatakan bahwa perempuan bukan pabrik anak. Sementara budaya Jawa pernah mengatakan jika banyak anak, banyak rezeki. Mana yang sebaiknya dianut?
Kali ini Genarrations menghadirkan Alia Swastika sebagai salah satu perempuan yang aktif dalam gerakan feminisme, dan juga Victoria Tunggono yang berani mengambil keputusan untuk tidak mau punya anak (childfree).
Dipandu oleh Vivid Sambas, diskusi santai ini membahas segala pilihan, kebebasan, dan permasalahan stigma dan dogma yang sudah berkembang di masyarakat tentang posisi perempuan dalam kehidupan.
Jika kamu sedang berada di persimpangan jalan dan sedang mengumpulkan data tentang hidup Bebas-Anak (childfree), berikut adalah daftar artikel berbahasa Indonesia yang bisa kamu baca:
- "Review Buku 'Childfree and Happy' karya Victoria Tunggono" oleh Maria Frani Ayu, blog pribadi.
- "Perihal Anak, Tanggung Jawab, dan Curhat Lainnya" oleh Impian Nopitasari, DetikNews, 28 Maret 2021.
- "Memposisikan Pilihan Bebas-Anak Pada Tempatnya: Tapi Di Mana?" oleh Farhan Aji Dharma, Rahma.id, 7 April 2021.
- "Child-free and happy: A group of Indonesians without kids - by choice" oleh Amahl S. Azwar, The Jakarta Post, 14 April 2021.
- "Menjadi Perempuan Tanpa Anak: Childless dan Childfree" oleh Wanda Roxanne Ratu Pricillia, Mubadalah.id, 4 Mei 2021.
- "Nikah Tapi Memilih Gak Punya Anak, Kok Bisa?" oleh Joan Aurelia Rumengan, Tirto.id, 21 Mei 2021.
- "Apakah Egois Memilih Happy Dengan Childfree?" oleh Lisvi Nailati Padilah, OkeMom, 27 Mei 2021.
- "Tanpa Anak dan Bahagia, Mengapa Tidak?" oleh Arif Budiman, VoA, 7 Juli 2021.
- "Hidup Tanpa Memiliki Anak dan Bahagia, Kenapa Tidak?" oleh Agregasi VoA, Okezone, 13 Juli 2021.
- "Tak Semua Perempuan Menikah Harus Punya Anak, Yang Penting Happy" oleh redaksi, SiapGrak, 15 Juli 2021.
- "Childfree, Pilihan Hidup Yang Bertentangan Dengan Budaya Indonesia" oleh Chatelia Noer Cholby, ValidNews, 17 Juli 2021.
- "Victoria Tunggono: Buku 'Childfree & Happy' Bukan Untuk Mempengaruhi" oleh Ika Virginaputri, Urbanasia, Juli 2021.
- "Chef Juna, Kita, Dan Kata-Kata Penghapus Stigma" karya Aminah Sri Prabasari, VoxPop, 27 Juli 2021.
- "Topik #83 - Childfree & Happy" oleh Taufik Effendi, Podcast on Spotify, 8 Agustus 2021.
- "Ingatan Buku: Childfree & Happy (Victoria)" oleh penulis blog Bisikan Jemari, 12 Agustus 2021.
- "Keputusan Childfree Gita Savitri, Menyalahi Kodrat atau Memperjuangkan Hak?" oleh Amelia Ayu Kinanti, Beautynesia, 20 Agustus 2021.
- "Childfree Jadi Viral, Berikut 3 Buku Yang Mengupas Tuntas Tentang Childfree" oleh Abdul Hamid, Utara Times, 21 Agustus 2021.
- "Menentang Paranoia Bebas Anak" oleh penulis di blog Memutih, 21 Agustus 2021.
- "Sama-Sama Tak Punya Anak, Ini Perbedaan Pasangan Childfree dan Childless" oleh Arintya, ParaPuan, 23 Agustus 2021.
- "Menentang Paranoia Bebas Anak" oleh Vera Safittri, Nongkrong.co, 23 Agustus 2021.
- "Fenomena Childfree dan Konstruksi Masyarakat Indonesia" oleh Siti Faridah SH, Heylaw.edu, 24 Agustus 2021.
- "Ramai Soal Pasangan Childfree, Apa Bedanya Dengan Pasangan Childless?" oleh Septirini Sekar Nusantari, Nova, 25 Agustus 2021.
- "Mengapa Seseorang Memilih Childfree? Ini Kata Pakar Unair" oleh Anastasia Anjani, Detik Edu, 27 Agustus 2021.
- "Child-free Pilihan yang Tidak Selayaknya Dihakimi" oleh redaksi, Jawa Pos, 29 Agustus 2021.
- "Childcare Lebih Penting Ketimbang Child-free" oleh Debora, Jawa Pos, 29 Agustus 2021.
- "Status Ibu Melekat Seumur Hidup" oleh Debora, Jawa Pos, 29 Agustus 2021.
- "Jangan Kesampingkan Hak-Hak Dasar Anak" oleh redaksi, Jawa Pos, 29 Agustus 2021.
- "Childfree: Apa Itu dan Mengapa Dia Begitu" oleh Nuno Yusuf, Jurnal Nuno, 30 Agustus 2021.
- "5 Faktor Penyebab Orang Tidak Mau Punya Anak Alias Childfree" oleh redaksi, Detik News, 31 Agustus 2021.
- "Childfree Kudu Ditanggapi Seperti Agama" oleh Dean Ruwayari, Kompasiana, 2 September 2021.
- "Childfree di Benak Milenial, Lebih Jauh dari Sekadar Urusan Rupiah" oleh Achmad Kautsar, 3 September 2021, Pikiran Rakyat.
- "Tren Childfree Pasangan Muda, Bisakah Diterapkan di Indonesia?" oleh tim redaksi, 5 September 2021, VOI.
- "Miley Cyrus dan 6 Public Figure Lain yang Memutuskan untuk Childfree" oleh redaksi, Parapuan.co, 5 September 2021.
- "Kupas Tuntas Fenomena Childfree" oleh penulis, Cerita Kala Senja, 9 September 2021.
- "Childfree: Hilangnya Fungsi Keluarga" oleh Pa Hamdan, Sahabat Sosiologi, 10 September 2021.
- "Cerita Akhir Pekan: Menyorot Fenomena Childfree" oleh Komarudin, Liputan 6, 11 September 2021.
- "Pro dan Kontra, Apa Sih Child Free dan Faktor Penyebabnya?" oleh Reza Adi Surya, Mata Indonesia News, 11 September 2021.
- "Marriage Without Child is a Lifestyle?" oleh Laila Rahmah Zahranie, Kabar Fajar, 13 September 2021.
- "Childfree dalam Pandangan Hukum Islam" oleh Ardianto, Danadyaksalawfirm, 13 September 2021.
- "Komunitas Jadi Tempat Aman Berbagi Cerita" oleh Dinni Kamilani, Nova, 16 September 2021.
- "Meredefinisi Arti Buku Mahal, Bukan Sekedar Rupiah", oleh Sintia Astarina, 18 September 2021.
- "Childfree & Happy Book" oleh Pipit, A Blog By Pipit, 23 September 2021.
- "Opsi Childfree dan Realita Ongkos Membesarkan Anak" oleh Qonita Azzahra, Alinea.id, 25 September 2021.
- "Menikah dan Berketurunan: Pilihan atau Tuntutan?" dalam Webinar#4 Plain Feminism, Plain Movement, 26 September 2021.
- "Islam dan Fenomena Bebas Anak" oleh Maulida Hardillah, Kumparan, 17 Oktober 2021.
- "Childfree: Pilihan, Stigma, dan Hal-Hal yang Menyelimutinya" Della Putri Utami, Ruang Sekolah Menulis, 17 Oktober 2021.
- "Childfree: Sebuah Problematika Tanpa Akhir" oleh Muhammad Rofiqi, Mengeja Indonesia, 27 Oktober 2021.
- "Review Buku Childfree and Happy: Semua Orang Memiliki Pilihan Hidupnya Masing-Masing" oleh Agung Dwi Kurnia, Baca Tangerang, 17 November 2021.
- "4 Seleb Ini Putuskan Tak Ingin Punya Anak: Lebih Pilih Adopsi, Simak Alasannya" oleh Dhia Amira, Kapanlagi.com, 14 Desember 2021.
- "Childfree; Melihat Fenomena Tanpa Ujung" oleh Muhammad Rofiki, Nalar Politik, 26 Desember 2021.
- "Childfree: Kebahagiaan Tanpa Anak, Benarkah?" oleh Desy Natalia Kosasih, Hipwee, 13 Januari 2022.
- "Childfree dan Mengatur Kelahiran dalam Islam" oleh Nofra Khairon, Anak Panah, 18 Januari 2022.
- "Review Buku Childfree & Happy" oleh Aksara Wanita, 30 Januari 2022.
- "Mensikapi Childfree Secara Bijak" Alimatul Qibtiyah, Suara Aisyiyah, 26 Februari 2022.
- "Fenomena "Childfree" Marak Terjadi, Inikah Penyebab Suami Istri Tak Mau Punya Anak?" oleh Yohanes Adi, Paragram.
- "Childfree" oleh Indah Cahyani, Scribd.
- "Victoria Marsiana Tunggono, Mantap Sejak Remaja" Media Indonesia, 24 April 2022.
- "Childfree and Happy; Keputusan Sadar Hidup Tanpa Anak oleh Victoria Tunggono - Ulasan Buku" alialur.com, oleh Ambar Sulistyowati, 28 Juli 2022.
"You are the captain of your own ship; don't let anyone else take the wheel."
Kamu adalah kapten dari kapalmu sendiri; jangan biarkan orang lain mengambil kendalinya.
-Michael Josephson
Semalam saya diundang menjadi pembicara di acara 20DETIK dalam program e-Life "Ketika Perempuan Memilih Tak Punya Anak" di detik.com. Selama kurang lebih 1 jam saya dan Prof. Alimatul Qibtiyah S.Ag. M.Si. MA. Ph.D membahas pilihan hidup Bebas-Anak terutama dari sudut pandang perempuan. Buat yang mau nonton ulang, bisa cek link ini ya.
Senang sekali rasanya tiap ada yang laporan sudah membaca buku trilogi "Nuswantara", apalagi menuliskannya sebagai resensi. Apalagi ditulis oleh psikolog & penulis buku kawakan sahabat saya, mbak Amanda Setiorini. Jika mau baca lengkapnya silakan klik di sini.
Untuk membeli bukunya, bisa klik tautan berikut: Gerbang, Candi, dan Jagat.
Sempat jadi perbincangan hangat di media sosial beberapa waktu silam, perdebatan tentang Childfree diulas juga oleh tim Tirto.id. Saya diwawancara juga, sebagai penulis buku "Childfree & Happy". Saya berharap wawancara seperti ini bisa membuka dialog baru di kalangan terbatas maupun terbuka di Indonesia. Silakan disimak.
Bulan Juli silam saya diundang ngobrol di acara podcast Topik Taufik oleh host-nya, Taufik Effendi. Dia sebagai laki-laki 32 tahun yang menyatakan diri tidak akan menikah, dan saya perempuan 37 tahun yang tidak mau punya anak. Kita berdua dianggap aneh oleh sekitar, terutama di budaya Indonesia yang kental dengan pertanyaan "kapan nikah?"
Dengarkan obrolan 1 jam kami di sini ya!
Hari ini saya menjadi pembicara acara talk show lain, yaitu Ngobrol Proses Kreatif Penulis PBK (Penerbit Buku Kompas). Seperti biasa, moderator yang juga dua penulis buku lain yaitu mba Amanda dan mas Bobby, menggiring acara dengan sangat apik dan menarik. Acara selama 2 jam berjalan mulus dan saya sendiri terkejut memperhatikan bagaimana acara ini berlangsung. Banyak pertanyaan bagus yang memaksa saya membicarakan hal-hal yang biasanya saya simpan sendiri.
Saya sangat senang dengan antusiasme teman-teman sekalian yang telah hadir berpartisipasi maupun menonton tayangan ulang acara tadi (kalau tidak salah 85 peserta di webinar Zoom dan 60 peserta di YouTube Live--menjadikan semuanya 145 orang menonton langsung) dan merasa terharu dengan apresiasi yang disampaikan pada saya usai acara, terutama dari Pak Francis Wahono, Pak Chappy Hakim, Pak Ninok Leksono, dan Pak Rudi Pekerti. Para penulis (senior) hebat ini juga bergabung di Komunitas Penulis PBK.
Untuk kalian yang ketinggalan acara tadi, kalian bisa menonton rekamannya di YouTube Buku Kompas. Dan untuk kalian yang jawabannya belum dibahas di acara, saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara tulisan di sini. Untuk mendengarkan versi podcast-nya, ada di sini.
Saya merasa sangat berterima kasih atas antusiasme dan dukungan untuk saya dan buku-buku saya selama ini. Jika kalian mau membeli buku Jagat Nuswantara, bisa klik di sini. Edisi khusus dengan box baru akan siap per tanggal 28 Mei 2021. Sekali lagi, terima kasih.
Rahayu, Tabik.
_/|\_
Hari Minggu kemarin saya diajak jadi pembicara dalam acara talkshow online Family Livetalk dari Ikatan Alumni Sekolah St. Aloysius. Pembicara lain adalah penyanyi Gail Satiawaki, yang adalah 4 angkatan seniorku. Dalam acara ini Gail mengajak serta kedua anaknya, Cilli dan Libbi, untuk unjuk kebolehan mereka bermusik mengikuti jejak sang ayah.
Tujuan talkshow ini diadakan adalah memberi sudut pandang lain dalam berkeluarga; bahwa ada orang-orang yang berpikir tidak mau punya anak; dan bahwa punya anak bukanlah satu-satunya tujuan berkeluarga. Keluarga bisa saja terdiri dari hanya sepasang suami-istri, atau dengan binatang peliharaan. Tidak ada keharusan maupun aturan baku tentang bagaimana sepasang insan berkeluarga atau menjalani pernikahan/kehidupannya...
Terus terang, acara talkshow ini membuat saya cukup deg-degan awalnya. Pasalnya, sudah lama saya meninggalkan kota Bandung tempat saya bersekolah dulu. Di kota "kecil" ini orang-orang cenderung berpikir homogen, dan menjadi berbeda adalah sesuatu yang menyiksa. Saya tidak tahu apa yang menanti saya dalam acara ini, karena saya sangat sadar berbicara dengan orang-orang Bandung (yang cenderung homogen) akan sangat berbeda dengan pemikiran orang-orang Jakarta (yang cenderung heterogen).
Benar saja feeling saya. Tiba-tiba seorang perempuan menangis karena merasa gagal dalam profesinya karena mengetahui bahwa di dunia ini ada orang yang berpikir childfree. Saya pun sulit menanggapi karena kemudian orang ini menyalahkan tim panitia yang telah membuat acara diskusi yang begitu menyedihkan dan menyakitkan hatinya... seakan-akan semua orang harus mengikuti semua pemikirannya--kenal maupun tidak.
Saya jadi menyadari bahwa rupanya memang tidak semua orang siap untuk melihat dunia dari kacamata yang lebih lebar. Beberapa orang memilih untuk diam di dalam kandangnya dan menolak apapun yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Sayangnya banyak sekali orang yang memilih kenyamanan seperti ini dan menolak melihat kenyataan yang terjadi di dunia nyata.
Saya pribadi tidak punya masalah dengan orang-orang yang berpikir beda dengan saya, selama mereka tidak mengganggu gugat hidup saya. Toh, kita menjalani hidup masing-masing. Saya harap semua orang bisa berbahagia dengan pilihan hidup masing-masing, dan tidak perlu merasa tersakiti atas pilihan hidup orang lain.
Salam bahagia!
7 Mei 2020 mendatang, novel terbaru saya akan terbit. Kali ini ber-genre drama percintaan seorang pecinta foto dan seorang pecinta kopi. Begini sinopsisnya:
Sebagai anak yatim piatu yang tumbuh di Manado, Ray tidak pernah menyangka hidupnya akan penuh dengan petualangan setelah pindah ke Jakarta: bekerja di sebuah kantor ternama, menjadi fotografer, dan berkenalan dengan Maeva si pemilik kedai kopi yang cantik. Belum lagi persahabatannya dengan Corrine, barista kedai kopi tomboy yang rupanya menaruh perasaan pada Ray. Tetapi segalanya berubah tatkala Gio, sahabatnya di panti asuhan dulu, muncul kembali di hidup Ray setelah tujuh tahun tak ada kabar.
Apa yang terjadi dengan persahabatan Ray dan Gio? Dan bagaimana akhir kisah cinta Ray?
Apakah Maeva, atau Corrine yang akan menjadi labuhan hatinya?
Buku ini ada di Goodreads.
Saat ini kami masih membuka PO s/d tanggal 2 Mei 2020.
Harga Rp
Rahayu,
_/|\_
Victoria